Jumat, 24 Mei 2013

Pesona Indah di Lembah Bukit Kapur


Sulawesi Selatan menyimpan begitu banyak keindahan alam yang mempesona. Melewati jalan poros Maros–Soppeng, tepatnya di Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, sekitar 12 km dari pusat Kota Maros, dapat dijumpai sebuah objek wisata andalan masyarakat Sulawesi Selatan bernama Taman Bantimurung. 

Di dalam taman wisata alam yang terletak persis di antara dua bukit kapur ini, terdapat berbagai objek wisata, salah satunya air terjun Bantimurung. Karena lokasinya berdekatan dengan taman kupu-kupu, sangat mudah melihat kupu-kupu yang beterbangan mempercantik suasana. Air terjun di Taman Bantimurung sendiri memiliki sifat yang berbeda dengan kebanyakan air terjun yang ada di Pulau Jawa. 


Jika dibandingkan dengan air terjun di Pulau Jawa, air terjun Bantimurung tidak terlalu tinggi. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 15 meter, tapi lebarnya mencapai sekitar 20 meter. Atas dasar itu, banyak orang yang menganggap air terjun ini sebagai Niagara-nya Indonesia. 

Selain bentuknya yang unik, udara di sekitar air terjun yang bersumber dari Gunung Batu juga masih bersih dan sejuk. Di bawah curahan air, terdapat rongga yang terbentuk dari batuan kapur. Pengunjung sering memanfaatkan rongga ini sebagai tempat untuk berendam. 

Selain berendam, pengunjung juga dapat melakukan berbagai aktivitas menarik lainnya di tempat ini, seperti meluncur dengan ban karet hingga ke ujung aliran air. Kontur air terjun Bantimurung yang hilirnya bergelombang justru menjadi wanaha tersendiri bagi para pengunjung untuk meluncur dengan ban karet.
 
Puas bermain air, pengunjung dapat menikmati keindahan Danau Bantimurung yang berada di bagian atas air terjun. Setelah melewati beberapa anak tangga, pengunjung akan menjumpai jalan setapak menuju danau. Air di danau ini bersumber dari Gunung Batu yang nantinya akan mengalir menjadi air terjun Bantimurung. Sayangnya, pengunjung tidak dapat masuk ke dalam lokasi danau. Pengunjung hanya diperbolehkan menyaksikan keindahan Danau Bantimurung yang biru dari luar. Menurut pemandu wisata Taman Bantimurung, danau tersebut sengaja ditutup untuk umum mengingat pernah ada pengunjung yang tenggelam. 



Di salah satu sisi danau, terdapat sebuah goa. Yang menarik dari goa ini adalah bagian langit-langitnya. Jika diberi sinar, bagian langit-langit akan terlihat mengkilat. Menurut pemandu wisata, hal ini dikarenakan goa yang terbentuk dari bukit kars ini mengandung materi kristal. 

Berkunjung ke Taman Bantimurung mendatangkan sensasi tersendiri. Tidak salah jika di akhir pekan objek wisata andalan Kabupaten Maros ini banyak didatangi wisatawan. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa datang berkunjung ke taman wisata ini. Dengan harga tiket yang terjangkau, menyambangi keindahan lembah bukit kapur Maros ini memang menjadi pilihan utama liburan keluarga di akhir pekan.

Kamis, 18 April 2013

Foto-foto pantai indah di Indonesia



Pantai Mentawai, Sumatera Barat

Pantai Mentawai, Sumatera Barat

Pantai Iboe, Sabang Aceh

Pantai Ngilep, Malang

Pantai Bali

Pantai Sanur, Bali

Pantai Uluwatu, Bali

Pantai Lombok

Pantai Senggigi, Lombok

Pantai Nihiwatu, Sumba

Pantai Wakatobi, Sulawesi Tenggara

Ora Beach, Maluku Tengah

Raja Ampat, Papua Barat




Rabu, 27 Maret 2013

Wisata Alam dan Budaya Suku Baduy

Desa Adat Suku Baduy


Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Sebutan “Baduy” merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden)

Ada dua kategori masyarakat di Baduy, Baduy Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah baduy dalam. Sedangkan Baduy Dalam adalah bagian dari keseluruhan suku Baduy. Tidak seperti baduy luar, warga Baduy Dalam masih memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka. Pada dasarnya, peraturan yang ada di baduy luar dan baduy dalam itu hampir sama, tetapi baduy luar lebih mengenal teknologi dibanding baduy dalam.

Masyarakat Suku Baduy

Orang Baduy tinggal di desa kanekes, kecamatan Lewidamar berjarak sekitar 75 Km. di selatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten. Desa Kanekes memiliki 56 kampung Baduy. Orang Baduy Dalam tinggal di Kampung Cikeusik, Cikartawana, dan Cibeo. Sedangkan orang Baduy Luar tinggal di 53 kampung lainnya.

Cara berpakaian masyarakat baduy dibedakan menjadi danua, masyarakat baduy luar memakai pakaian berwarna hitam, bahkan sudah banyak yang menkombinasikan pakaian mereka dengan produk pasar seperti jeans dan T-shirt, sementara masyarakat di baduy dalam masih teguh pada cara berpakai yang alami, yaitu menggunakan hasil tenunan sendiri dari pohon randu (ceiba pertandra Sp) berwarna putih, tanpa tambahan bahan sintetis lainnya.

Wisata Baduy
Baduy adalah sebuah desa budaya yang punya seabrek keistimewaan, dari mulai karakteristik hidup masyarakatnya yang bersahaja dan sederhana, kekayaan alam yang beraneka ragam dan terjaga, serta misteri sejarah yang sampai saat ini masih menjadi fenomena di Indonesia bahkan dunia.

Keindahan Alam Suku Baduy

Untuk dapat berwisata ke Baduy, selain harus mempersiapkan fisik jika ingin menginap di Kampung Baduy, kita juga harus siap untuk menghormati dan mematuhi peraturan adat yang berlaku di kawasan ulayat masyarakat Baduy. Paling tidak mematuhi peraturan yang dibuat Jaro (Kepala Desa) Kanekes.

Jika Anda berkunjung ke baduy, bersiaplah untuk back to nature. Di baduy, Anda akan menemuai segudang larangan adat (pikukuh) masyarakat setempat antara lain larangan membawa tape atau radio, membawa gitar, membawa senapan angin, menangkap atau membunuh binatang, membuang sampah sembarangan, menebang pohon, meninggalkan api di hutan, mengonsumsi minuman memabukkan, dan melanggar norma susila. Dan khusus untuk turis mancanegara,  terdapat larangan untuk masuk ke wilayah Baduy Dalam. Turis mancanegara hanya diizinkan masuk hingga ke wilayah Baduy Luar.

Adat Baduy yang sangat membatasi sentuhan dengan dunia modern, terutama pada listrik, dan peralatan elektronik lainnya juga memaksa pengunjung yang akan menginap harus melengkapi peralatan yang relatif banyak, terutama membawa senter untuk memudahkan saat ke kamar kecil pada malam hari.

Lumbung padi suku Baduy

Cuaca malam di Baduy sangat dingin. Rasa dingin itu sangat menusuk tulang karena warga Baduy tidurnya di lantai panggung, bukan di atas ranjang. Angin tidak hanya dirasakan dari embusan di atas, tetapi juga dari bawah rumah panggung. yang masuk dari sela dinding bilik bambu.

Apabila Anda menginap di perkampungan Baduy Luar, Anda bisa menggunakan sabun atau sampo ketika mandi. Tetapi di Baduy Dalam kedua benda itu pantang dipakai. Obat-obatan pribadi harus dibawa, terlebih karena di dalam perkampungan Baduy tidak ada puskesmas atau apotek.

Baduy menawarkan wisata alam dan budaya masyarakat setempat yang dapat memberikan nuansa berbeda dalam perjalanan wisata Anda.



Selasa, 26 Maret 2013


Pasar Terapung Muara Kuin


Di provinsi Kalimantan Selatan ada ratusan sungai yang menjadi jalur transportasi penting hingga saat ini. Salah satu objek yang menarik untuk dikunjungi adalah pasar terapung Muara Kuin di kota Banjarmasin. Pasar terapung ini berlokasi di Banjarmasin tepatnya di persimpangan sungai Kuin dan sungai Barito. Pasar terapung di Banjarmasin merupakan refleksi budaya orang Banjar yang telah berlangsung sejak dahulu.

Pasar Terapung Muara Kuin adalah pasar tradisional yang berada di muara Sungai Kuin. Di pasar ini, para pedagang dan pembeli melakukan aktivitas jual beli di atas perahu tradisonal. Perahu tersebut biasa disebut dengan namajukung. Adapula jenis kapal bermotor yang ikut meramaikan aktivitas pasar ini, yakni klotok

Pasar ini dimulai setelah shalat Subuh dan akan berakhir ketika matahari telah beranjak naik atau sekitar jam 09.00 Wita. Apabila lewat dari jam tersebut, sudah dapat dipastikan bahwa pasar telah sepi. Hal ini dikarenakan para pedagang telah berpencar menyusuri sungai-sungai kecil, untuk menjual barang dagangnya kepada penduduk yang rumahnya berada di bantaran sungai.

Pasar terapung ini sudah ada lebih dari 400 tahun lalu dan merupakan sebuah bukti aktivitas jual-beli manusia yang hidup di atas air. Seperti halnya pasar-pasar yang ada di daratan, di pasar terapung ini juga dilakukan transaksi jual beli barang seperti sayur-mayur, buah-buahan, segala jenis ikan, dan berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya. Pembelian dari tangan pertama disebut dukuh, sedangkan tangan kedua, yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan.

Keistimewaan

Sedikit informasi sejarah, Banjarmasin sebagai ibu kota propinsi adalah pusat perdagangan dan pariwisata. Kota Banjarmasin mendapat julukan Kota Air karena letak daratannya beberapa senti meter di bawah permukaan air laut. Kota Banjarmasin, memiliki luas sekitar 72 km per segi atau sekitar 0,22 persen luas wilayah Kalimantan Selatan.

Kota ini dibelah oleh sungai Martapura memberikan ciri khas tersendiri terhadap kehidupan masyarakatnya terutama pemanfaatan sungai sebagai sarana transportasi air, perdagangan dan pariwisata. Selain pasar terapung di Muara Kuin Banjarmasin, pasar terapung lainnya yang dapat Anda temui adalah di Lok Baintan yang berada di atas Sungai Martapura.

Pada tahun 1526 Sultan Suriansyah mendirikan kerajaan di tepi sungai Kuin dan Barito yang kemudian menjadi cikal bakal kota Banjarmasin. Di tepian sungai inilah awalnya berlangsung pusat perdagangan tradisional berkembang. Pedagangnya menggunakan perahu kecil yang terbuat dari kayu. Para pedagang ini kebanyakan adalah perempuan yang mengenakan pakaian dan caping lebar khas banjar terbuat dari daun rumbia yang disebut tanggui.

Adapun keistimewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk. Selain itu tidak dikenakan biaya administrasi untuk memasukin lokasi ini (namanya juga pasar).

Mengunjungi Pasar Terapung Muara Kuin akan memberikan kenangan tak terlupakan tentang bagaimana masyarakat yang hidup di atas air memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, Anda juga akan mengetahui pola transaksi jual-beli yang telah berumur lebih dari 400 tahun. Oleh karenanya, pasar ini menjadi saksi bisu perjalanan aktivitas ekonomi masyarakat Kalimantan Selatan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka muncul pameo belum ke Banjarmasin jika belum mengunjungi floating market Muara Kuin.

Salah satu keunikan dari pasar terapung adalah desak-desakan antara perahu besar dan perahu kecil yang mencari pembeli, serta penjual yang bersliweran kesana kemari dan kapalnya yang dimainkan gelombang sungai Barito. Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang berdasarkan barang dagangan.

Suasana berdesak-desakan antara perahu besar di pasar terapung ini cukup unik dan khas. Para pengemudi jukung dengan mahirnya mengayuh dan mengejar pembeli atau penjual yang berseliweran kian kemari dan perahu mereka kerap oleng dimainkan gelombang sungai Barito. Bagi Anda wisatawan yang datang dari kota-kota besar, akan merasakan sensasi tersendiri ketika mengamati pedagang wanita dengan topi lebarnya berperahu menjual hasil kebun atau jajanan pasar hasil olahannya sendiri.

Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung, pembagian pedagang berdasarkan barang dagangan, dan tempat berjualan yang selalu berpindah-pindah.

Bagi Anda yang hanya ingin bersantai, bisa menikmati secangkir teh atau kopi, plus makanan/kue khas banjar, sembari menikmati goyangan ombak yang menerpa klotok yang ditumpangi. Pengunjung juga dapat menyaksikan rumah-rumah terapung (Rumah Lanting) yang berada di sepanjang pinggiran sungai.

Rute menuju lokasi

Jika berangkat dari pusat Kota Banjarmasin dengan menggunakan perahu mesin atau yang biasa disebut klotok, diperlukan waktu sekitar 45 menit untuk menuju pasar yang berada di aliran Sungai Barito tersebut. Jika ingin lebih cepat sampai, pengunjung dapat menggunakan angkutan darat dengan menempuh rute kota Banjarmasin – desa Alalak. Dari desa Alalak menuju lokasi pasar terapung yang jaraknya tidak begitu jauh, pengunjung bisa mencarter klotok dengan harga Rp 70.000,00 (tergantung bisa tidaknya pencarter menawar harga). Dengan menyewa klotok, pengunjung tidak hanya bisa menyaksikan aktivitas di floating market, tetapi juga bakal diajak berwisata ke pulau Kembang.






GOA GONG





Gua Gong, terletak di dusun Pule, desa Bomo, kecamatan Punung, kabupaten Pacitan. Terletak 30 km sebelah barat kota Pacitan. Gua Gong merupakan satu dari gua-gua yang tersembunyi di perut gunung-gunung kecil yang ada di Pacitan. Gua ini merupakan goa horizontal dengan panjang sekitar 256 meter. Di dalam goa itu terdapat stalaktit, stalagmit dan batuan kapur berbentuk kerucut di langit-langit gua. Batuan kapur yang berdiri tegak di dasar berusia ratusan tahun. Banyak di antaranya menyerupai arca dalam berbagai bentuk yang dibuat pemahat. Menurut beberapa peneliti dan wisatawan mancanegara, gua ini merupakan gua paling indah di Asia Tenggara.
Keindahan dan Pesona Goa Gong
Ketika mendekati Gua Gong, yang terlihat di kanan kiri jalan adalah bukit-bukit karst yang tandus. Justru karena ketandusannya tersebut, memberikan nuansa yang berbeda, karena tak disangka di salah satu pegunungan karsttersebut tersimpan sebuah mutiara keindahan yang tercipta melalui stalaktit dan stalakmit selama ratusan tahun.
Walaupun tandus, menempuh perjalanan ke gua Gong sungguh mengasikkan. Jalannya yang berkelok-kelok, naik turun membuat pikiran menjadi segar. Namun mendekati lokasi gua, jalanan yang anda lalui akan menyempit. Jalannya juga terjal, terkadang naik sangat tajam dan turun secara tajam. Untuk itu anda harus sangat berhati-hati terutama jika berpapasan dengan kendaraan dari arah yang berlawanan.
Adapun sejarah ditemukannya gua Gongalkisah waktu itu, dusun Pule mengalami kemarau yang panjang sehingga sulit untuk mencari air minum dan air untuk berbagai keperluan sehari-hari. Mbah Noyo Semito dan Mbah Joyomencoba mencari air ke dalam gua Gong yang belum terjamah karena dianggap keramat pada waktu itu. Dengan menggunakan obor yang terbuat dari daun kelapa kering yang diikat, mereka mecoba menelusuri lorong-lorong gua. Setelah menghabiskan tujuh ikat obor, mereka menemukan beberapa sendang dan mandi di dalamnya. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1930.
Atas penemuan tersebut, 65 tahun berikutnya pun pencarian berikutnya dilakukan (lama sekali), tepatnya pada hari Minggu Pon tanggal 5 Maret 1995, berangkatlah sejumlah rombongan yang berjumlah delapan orang untuk mengeksplor lebih jauh tentang keberadaan gua tersebut. Singkat cerita akhirnya rombongan tersebut berhasil menyusuri gua yang keindahannya bisa dirasakan sampai sekarang.
Penamaan gua Gong sendiri bertalian erat dengan salah satu nama perangkat gamelan Jawa. Konon pada saat-saat tertentu, di gunung yang ada guanya tersebut sering terdengar bunyi-bunyian seperti gamelan jawa, musik pengiring pertunjukan reog, terbangan (suara musik rebana), bahkan sering terdengar suara orang menangis yang memilukan. Karena itu masyarakat sekitar menamakan gua tersebut gua Gong.
Karena masih dianggap keramat maka anda diwajibkan mematuhi beberapa peraturan sebelum masuk ke dalam gua, diantaranya anda harus  berbicara sopan, saling menghormati, berjalan melalui jalur yang sudah ditentukan dan setiap rombongan harus didampingi oleh pemandu. Begitupun untuk syuting komersial juga tidak diperbolehkan kecuali syuting dokumenter, itupun harus melakukan proses perijinan terlebih dahulu.
Di lokasi sekitar gua Gong, anda bisa menjumpai banyak gua lainnya, yakni gua Tabuhan dan gua Putri. Tapi gua Gong merupakan gua yang terindah dan terdalam diantara gugusan gua-gua yang terletak di lokasi tersebut. Karena keindahannya tersebut, pihak pengelola pun secara serius menggarap wisata ini dengan baik.
Ketika sampai di depan gerbang, anda harus terlebih dahulu berjalan sekitar 100 meter. Para penjaja senter yang ada di gerbang maupun mulut gua akan menawarkan senter mereka kepada anda. Selama perjalanan anda dapat menikmati pemadangan khas pegunungan atau mampir sebentar untuk berbelanja di warung-warung yang berderet sepanjang jalan menuju gua.
Saat memasuki gua, anda akan mendapati keadaan gua yang gelap apalagi jika tidak membawa senter. Namun tidak perlu khawatir saat berjalan menyusuri gua karena jalur yang ada sudah disemen dan terdapat besi pegangan agar pengunjung tidak terpeleset. Semakin ke dalam, anda akan dibuat takjub dengan pemandangan-pemandangan yang luar biasa indahnya. Stalaktit dan stalakmit yang ada dalam gua akan menghipnotis setiap mata yang memandangnya. Lampu-lampu neon yang berwarna-warni menambah keeksotisan gua ini. Stalaktit dan stalakmit di dalam gua memiliki nama-nama sendiri, antar lain selo Giri, selo Citro Cipto Agung, selo Pakuan Bomo, selo Adi Citro Buwono, selo Bantaran Angin dan selo Susuh Angin.
Di dalam gua Gong terdapat lima sendang. Sendang-sendang tersebut antara lain sendang Jampi Rogosendang Panguripansendang Relung Jiwosendang Kamulyan dansendang Relung Nisto.
Gua Gong memiliki beberapa ruangan. Ruang pertama adalah ruang Sendang Bidadari yang terdapat sendang kecil dengan air dingin dan bersih di dalamnya. Di sebelahnya adalah ruang Bidadari, yang menurut cerita di ruangan ini kadang melintas bayangan seorang wanita cantik yang menyerupai bidadari.
Ruang ketiga dan keempat adalah ruang kristal dan marmer, di mana di dalam ruangan tersebut tersimpan batu kristal dan marmer dengan kualitas yang mendekati sempurna. Ruangan kelima merupakan ruangan yang paling lapang. Di tempat ini pernah diadakan konser musik empat negara (Indonesia, Swiss, Inggris, dan Perancis) dalam rangka mempromosikan keberadaan gua Gong ke mancanegara. Ruang keenam adalah ruang pertapaan, dan ruang terakhir adalah ruang Batu Gong. Di ruangan ini terdapat batu-batu yang apabila kita tabuh akan mengeluarkan bunyi seperti Gong. Luar Biasa.
Fasilitas yang tersedia di kawasan gua Gong antara lain toko suvenir, rumah makan, tempat parkir, WC umu  dan musholla. Bagi wisatawan yang ingin mengetahui seluk-beluk Gua Gong secara detail, mereka dapat menyewa pemandu yang ada di kawasan ini. Namun, bagi yang tidak ingin menyewa pemandu dapat membeli buku panduan yang ada. Bagi Anda yang ingin menginap, Anda dapat menyewa hotel ataupun penginapan yang ada di Kota Pacitan.
Tiket masuk Gua Gong terbilang murah. Dengan hanya membayar 4 ribu rupiah, Anda sudah dapat menikmati keelokan gua tersebut. Bagi Anda yang ingin menggunakan lampu senter sebagai penerang tambahan, Anda bisa menyewanya seharga 3 ribu rupiah.
Rute ke Goa Gong
Jarak dari Kota Pacitan ke Gua Gong sekitar 30 kilometer. Jalan raya yang mulus dengan beberapa petunjuk jalan akan memudahkan Anda menjangkau obyek wisata tersebut. Untuk mencapai gua Gong, Anda dapat menggunakan dua jalur. Jalur pertama adalah jalur yang melalui Pracimantoro, Wonosari, Gunung Kidul. Sedangkan jalur yang kedua dari kota Pacitan. Cara termudah mencapai Pacitan adalah lewat Solo. Dari kota itu tersedia cukup banyak bus dan jalannya lebar serta mulus. Sebaliknya, jika Anda berangkat dari Surabaya, Anda harus berganti angkutan tiga kali. Dari Surabaya menuju Madiun, lalu berganti bus ke Ponorogo. Dari Ponorogo Anda naik bus kecil jurusan Pacitan.








Jumat, 22 Maret 2013


Mentawai Si Cantik nan Eksotis



Sejumlah tempat tidur busa disimpan di uma atau rumah adat Mentawai di Butui, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Keberadaan barang buatan pabrik itu amat mencolok dibandingkan dengan isi uma lainnya, seperti tengkorak binatang dan peralatan memasak yang semuanya dibuat warga Mentawai.
“Tempat tidur itu untuk para turis. Mereka juga yang membelinya, juga barang lain seperti tas,” kata Aman Jazali, sikerei yang menghuni rumah adat tersebut. Sikerei adalah pemimpin upacara adat.
Menurut Jazali, hampir setiap minggu ada saja turis asing—biasanya dari Amerika dan Eropa—yang menginap 1-2 malam di uma. Ada dua daya tarik di situ: mengalami sendiri kehidupan suku Mentawai yang eksotis serta menikmati aliran Sungai Butui nan jernih serta dikelilingi pasir dan bebatuan putih di depan uma.
Eksotisme ala Butui tersebut masih ditambah indahnya perjalanan untuk mencapainya, yaitu naik pompong—perahu kayu dengan mesin tempel—selama sekitar 4 jam dari Muara Siberut, ibu kota Kecamatan Siberut Selatan, menuju Desa Madobag. Dari Madobag, berjalan kaki sekitar 1,5 jam melalui hutan untuk menuju uma.
Sementara Muara Siberut dapat ditempuh dengan naik kapal motor selama 10-12 jam dari Padang, Sumatera Barat.

Eksotisme Mentawai

Kehadiran wisatawan asing ini membuat Jazali memperoleh pemasukan yang lumayan karena setiap rombongan biasa memberinya uang sebelum pergi. Selain itu, juga membuatnya mampu sedikit berbahasa Indonesia, Inggris, dan berhitung.
”Saat menginap di sini, pemandu wisata dan turis asing itu sering mengajari saya dan juga keluarga,” kata Jazali yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Sementara ketiga anaknya sekarang belajar di sekolah hutan yang dikelola seorang biarawan karena sekolah formal berada jauh dari umanya.
Kehadiran turis asing juga membuat sejumlah tempat di Mentawai ditumbuhi resor mewah, terutama di kawasan pantai yang memiliki ombak yang baik untuk selancar. Di resor-resor itu turis berduit menikmati eksotisme Mentawai yang terdiri dari 213 pulau sekaligus untuk berselancar.
Ombak di kepulauan Mentawai—oleh berbagai organisasi selancar—merupakan terbaik ketiga sejagat setelah Hawaii dan Tahiti.
Di Mentawai, selancar biasanya dilakukan di Pulau Nyangnyang, Karang Majat, Masilok, Botik, dan Mainuk. Puncak kunjungan wisatawan ada di bulan Juli dan Agustus. Saat itu ketinggian ombak di Mentawai mencapai 7 meter.
”Pulau yang cantik. Saya akan datang ke sini lagi,” kata Andrea, wisatawan dari Italia, tentang Mentawai yang dikunjunginya selama satu minggu.
Cagar biosfer
Selain cantik, Mentawai juga berperan penting bagi konservasi. Sejak tahun 1981, Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) menetapkan Pulau Siberut di Mentawai sebagai salah satu cagar biosfer sehingga keberadaannya harus dilindungi dan dijauhkan dari eksploitasi.
Keeksotisan Siberut ditambah adanya empat primata endemik Mentawai, yaitu simakobu atau monyet ekor babi (Simias concolor), bilou atau siamang kerdil (Hylobates klosii), joja atau lutung mentawai (Presbytis potenziani), dan beruk mentawai (Macaca pagensis).
Untuk meneliti kekayaan primata Mentawai ini, Pusat Primata Universitas Gottingen, Jerman, bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor mendirikan Proyek Konservasi Siberut.
Terabaikan
Namun, berbagai keunggulan itu seolah belum mampu membuat negara untuk melihat Mentawai secara lebih serius. Fasilitas umum seperti kesehatan dan pendidikan di daerah kaya itu umumnya masih terbengkalai. Aliran listrik dan jalan amat terbatas.
”Dinas Pariwisata belum pernah datang ke sini. Jika ada wisatawan yang datang, ya sudah, kami tangani sendiri,” kata Sekretaris Desa Madobag Matheu Sabaggalek.
Akibatnya lebih jauh, warga tidak hanya belum memiliki panduan yang jelas untuk mengelola daerahnya. Sejumlah aset di daerah itu juga mulai dikelola orang asing, seperti resor mewah di sejumlah lokasi selancar. ”Tanah resor itu masih milik warga Mentawai. Namun, karena tidak tahu dan tidak memiliki modal untuk mengelolanya, lalu disewakan ke orang asing,” kata Matheu.
Matheu juga menceritakan, sudah ada turis Kanada yang menawarkan diri untuk memberikan modal menata air terjun Kulu Kubuk yang ada di daerahnya. ”Turis itu sudah menawarkan Rp 25 juta sebagai modal, dan pengelolaannya tetap diserahkan ke kami. Namun, warga yang punya tanah masih belum memperbolehkan,” kata Matheu.
Negara perlu mengatur jangan sampai kekayaan alam ini jatuh ke tangan asing, antara lain membekali kemampuan masyarakat setempat mengelola kawasan mereka. Jika tidak, kekayaan alam Mentawai nan cantik ini sangat mungkin diserahkan pengelolaannya ke tangan asing. Bila demikian, apa arti makna kehadiran negara Indonesia di Mentawai?

Kamis, 21 Maret 2013


Pulau Derawan Kalimantan Timur – Nirwana Tropis



Sebuah nirwana tropis berada di salah satu pulau wilayah Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya Kabupaten Berau dan di Selat Sulawesi, tak jauh dari perbatasan Malaysia. Pulau Derawan di Kalimantan Timur menjadi sebuah destinasi wisata bahari pilihan menawan buat Anda yang menyukai pantai dengan hamparan pasir putih lembut berkilat serta air jernih. Apalagi ditambah bonus menjumpai penyu-penyu jinak yang berenang-renang riang saat kita melakukan penyelaman.
Terkadang saat duduk di ujung jembatan kayu yang mengarah ke laut, kita dapat menyaksikan penyu-penyu hijau itu hilir mudik di permukaan air yang bening. Sesekali bahkan penyu-penyu tersebut nampak berkeliaran di sekitar cottage yang berada di pesisir pulau. Saat malam tiba, beberapa penyu naik ke darat dan bertelur di sana.
Paduan warna laut dan lumut yang memukau menghasilkan gradasi warna biru dan hijau, serta hutan kecil di tengahnya, membuat pulau ini menyajikan pemandangan alam begitu indah yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. Yang tersisa, kenangan mendalam.
Dr. Carden Wallace dari Museum Tropis Queensland, Australia pernah meneliti kekayaan laut Pulau Derawan dan menjumpai lebih dari 50 jenis Arcropora (hewan laut) dalam satu terumbu karang. Tak salah kiranya jika Pulau Derawan terkenal sebagai urutan ketiga teratas di dunia sebagai tempat tujuan menyelam bertaraf internasional.
Pulau ini memang relatif kurang begitu dikenal khususnya di dalam negeri karena untuk mencapainya butuh perjuangan tersendiri yang cukup berliku. Anda mesti menuju ke Balikpapan dulu dari Jakarta, Surabaya, Yogyakarta atau Denpasar, untuk menuju pulau ini. Kurang lebih dua jam waktu tempuh penerbangan dari Jakarta ke Balikpapan.

Cara ke Pulau Derawan Kalimantan Timur

Dari Balikpapan, Anda masih harus terbang menuju Tanjung Redeb selama satu jam dengan menaiki pesawat kecil yang dilayani oleh KAL Star, Deraya atau DAS. Selain itu, Tanjung Redeb juga bisa dicapai melalui laut, dengan menaiki kapal dari Samarinda atau Tarakan ke Tanjung Redeb dilanjutkan dengan menyewa motorboat menuju pulau Derawan dengan lama perjalanan kurang lebih 2 jam.
Banyak wisatawan manca negara yang baru turun dari pesawat di bandara Kalimarau, Tanjung Redeb langsung berangkat ke pulau Derawan dengan motorboat yang sudah ditambatkan di sebuah pelabuhan khusus.
Alternatif lain bisa juga melalui perjalanan darat dari Balikpapan ke Tanjung Batu lalu dari sana menyeberang ke Pulau Derawan. Hanya saja ini bukan pilihan yang bagus karena perjalanan penyeberangan itu sendiri memakan waktu hingga belasan jam dengan medan yang relatif tidak menyenangkan.
Meskipun begitu, tahukah Anda, justru banyak wisatawan asing yang sudah tahu lebih banyak soal keberadaan pulau eksotis ini. Sejumlah wisatawan Jepang dari Tokyo melalui travel yang ada di sana “tembak langsung” berangkat ke Singapura atau ke Sabah kemudian melanjutkan perjalanan ke Balikpapan, lalu ke Tanjung Redeb menggunakan pesawat kecil.
Mereka memanfaatkan waktu mereka selama di Derawan dengan menyelam, menyusuri keindahan bawah laut di pulau tersebut yang memang merupakan lokasi terbaik untuk olahraga selam. Apalagi dengan kondisi pulau yang terpencil dan “masih perawan” kian menambah pesona siapapun juga untuk menikmatinya selama mungkin.
Tak usah jauh-jauh, hanya dalam jarak 50 meter dari bibir pantai, kita sudah dapat menyaksikan terumbu karang yang indah dan ikan-ikan beraneka warna hilir mudik. Airnya sangat bening. Anda pun bisa menyewa snorkel seharga Rp 30 ribu per hari. Bila ingin menyelam lebih dalam, kita dapat menemukan ikan-ikan yang lebih “eksotis” seperti kerapu, ikan merah, ikan kurisi, ikan barracuda, teripang, dan kerang. Pada batu karang di kedalaman sepuluh meter, terdapat karang yang dikenal sebagai “Blue Trigger Wall” karena pada karang dengan panjang 18 meter tersebut banyak terdapat ikan trigger (red-toothed trigger fishes).
Pulau Derawan menyediakan fasilitas-fasilitas tempat penginapan (cottage), penyewaan peralatan menyelam dan juga restoran. Ada pula penginapan-penginapan bertarif murah yang dikelola oleh warga sekitar. Kisaran harganya mulai dari Rp 45 ribu sampai Rp 100 ribu/malam. 
Anda dapat meninjau juga pulau lainnya yang berada di sekitar Derawan. Misalnya: Pulau Sangalaki, Maratua, dan Pulau Kakaban yang mempunyai keunikan tersendiri. Ikan Pari Biru (Manta Rays) yang memiliki lebar mencapai 3,5 meter berpopulasi di Pulau Sangalaki. Malah bisa pula ditemui—jika cukup beruntung—ikan pari hitam dengan lebar “bentang sayap” 6 meter . Sedangkan Pulau Kakaban mempunyai keunikan yaitu berupa danau prasejarah yang ada di tengah laut, satu-satunya di Asia.


Rabu, 20 Maret 2013


Curug Cilember, Bogor



Bagi masyarakat Bogor, pasti sangat mengetahui objek wisata yang satu ini. Curug ini terkenal karena memliki tujuh curug di lokasi yang berbeda-beda. Namun, yang paling sering dikunjungi adalah Curug Tujuh karena letaknya yang dekat dengan pintu masuk dan berada paling bawah di antara curug-curug lainnya. Air dari Curug Tujuh ini dipercaya dapat membuat awet muda, mudah mendapatkan jodoh, dan menyembuhkan berbagai penyakit.


Lokasi Curug Cilember terletak di Desa Jogjongan, Kecamatan Cisarua, Bogor. Kalau ditempuh dari kota Bogor hanya memakan waktu sekitar 1,5 jam saja. Arahnya yakni di dekat Pasar Cisarua atau bisa juga masuk melalui Taman Matahari. Tidak tersedia sarana tranportasi umum seperti angkot maupun bis untuk mencapai lokasi air terjun ini, sehingga diharuskan berjalan kaki atau mengendarai ojek. Tiket masuk perorangnya seharga Rp 6.000,-. Bila membawa mobil pribadi dikenakan tarif Rp 8.000,- dan motor Rp 4.000,-.

Sesampainya di air terjun, biasanya pengunjung terlebih dahulu ke lokasi Curug Tujuh karena letaknya yang paling dekat dengan pintu gerbang. Di sini pun panorama yang dihadirkan sangatlah istimewa. Airnya dingin dan berudara sejuk, membuat ingin berlama-lama di sana walaupun hanya dengan memandang sembari terkena cipratan dari guyuran air terjun. Pengunjung biasanya bermandi ria di bawah pancuran curug, bahkan seringkali lokasi curug ini dijadikan ajang foto prawedding karena keindahan alamnya yang mempesona.

Bila masih ingin bertualang menyaksikan curug-curug lainnya, Anda bisa langsung bergerak ke Curug Lima. Di sini kondisi curug lebih tinggi dan bertingkat-tingkat. Debit air terjun yang mengalir pun sangat deras meluncur di atas bebatuan. Sedangkan Curug Enam itu sendiri tidak bisa dikunjungi lantaran belum ada jalan setapak menuju ke sana.

Selepas menikmati keindahan Curug Lima, lanjutkan ke Curug Empat dan Curug Tiga. Kedua curug tersebut letaknya saling berdekatan. Namun, untuk sampai ke lokasi ini diperlukan perjuangan yang ekstra lantaran kondisi jalan yang licin, terjal, dan berbatu. Perhatikan pula lintah-lintah yang menempel di dedaunan sepanjang jalan, dikhawatirkan akan menyusahkan Anda. Bila belum lelah juga, sempatkan mampir ke Curug Dua walau memang lokasi lumayan jauh dari curug sebelumnya. Kalau ingin mencapai Curug Satu, yang merupakan curug tertinggi Cilember, maka dibutuhkan waktu berjam-jam dengan berjalan kaki. Disarankan menggunakan jasa pemandu karena medannya yang sulit untuk dijangkau.

Fasilitas yang disediakan objek wisata ini cukuplah lengkap. Tersedia toilet, pos jaga, mushola, maupun gazebo untuk tempat bersantai. Apabila ingin mencoba wisata lainnya, Anda bisa bermain flying fox. Bila dirasa cukup lelah, sembari pulang sempatkanlah membeli oleh-oleh khas Cilember yang dijajakan di warung-warung souvenir sekitar lokasi wisata maupun membelinya dari pedagang-pedagang keliling.


Senin, 18 Maret 2013

Surga tersembunyi di Teluk Kiluan, Lampung


Teluk Kiluan bisa dikatakan Surga yang tersembunyi, kita bisa berpetualang bersama-sama lumba-lumba disana...

Wisata alam Pulau/Teluk Kiluan di Pekon (desa) Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, cocok bagi wisatawan yang gemar berpetualang. Topografinya yang berbukit dan berlembah menarik untuk dijelajahi. Perjalanan menuju Teluk Kiluan sudah merupakan tantangan tersendiri bagi wisatawan. Jalan darat di pesisir barat Sumatera itu belum terlalu mulus sehingga perlu keterampilan dalam mengemudikan kendaraan bermotor untuk melewatinya.

Pantai di Teluk Kiluan yang cocok untuk dijadikan "Gateway Destination". Di Pantai terdapat gubuk atau rumah panggung yang cukup layak dijadikan  tempat menginap para pelancong.



Mengenai sejarah atau asal-asul Kiluan, sebetulnya banyak legenda yang bercerita tentang Kiluan, tapi ada satu legenda yang sampai sekarang masih beredar dan dipercaya oleh masyarakat sekitar. Legenda berawal saat era mulai runtuhnya Kerajaan Majapahit dan Islam masuk ke Indonesia. Di kawasan yang awalnya umbul atau perlambangan masyarakat Pekon Bawang, dikenal seorang pendatang yang sangat tinggi kesaktiannnya. Dia bernama Raden Mas Arya yang berasal dari daerah Banten atau Malaka.

Konon, kumpulan lumba-lumba di Teluk Kiluan adalah yang terbesar di Asia, bahkan di dunia. Wisatawan yang berminat menyaksikan dari dekat lumba-lumba di habitat aslinya bisa menyewa perahu katir. Jika beruntung, wisatawan juga bisa menyaksikan penyu hijau yang sewaktu-waktu naik ke permukaan laut. Belum puas menikmati alam pemandangan di Teluk Kiluan, pengunjung bisa menginap disana. Hanya kondisi penginapan memang belum terlalu bagus.




Di Pulau ini anda dapat melihat kumpulan lumba-lumba yang jumlahnya ratusan ekor. Setidaknya ada dua jenis lumba-lumba di perairan ini, spesies pertama adalah lumba-lumba hidung botol (tursiops truncatus) dengan badan yang lebih besar dan pemalu. Spesies yang kedua adalah lumba-lumba paruh panjang (stenella longirostris) yang bertubuh kecil dan senang melompat.

Selain itu anda juga bisa keliling pulau dengan perahu katir sambil menikmati pemandangan yang indah. Sore hari, anda bisa melihat primata berbulu hitam dan bersuara nyaring saling bersahutan. Ya, siamang (symphalangus syndactylus) dan simpai (presbythis melalops) serta kukang (nycticebus coucang). Kerap sekali meloncat dari satu pohon ke pohon lain. Kicauan burung pun terdengar hampir di setiap pagi dan sore yang mampu menyejukan pikiran. Jika beruntung, wisatawan juga bisa menyaksikan penyu hijau (chelonia mydas) dan punyu sisik (eretmochelys imbricate).

Belum lagi jika anda ke Kiluan pada saat bulan purnama, keindahan sang purnama bakal menimbulkan rasa takjub kepada Sang Maha Pencipta. Cahaya bulan jatuh di atas permukaan air laut hingga membuat terang benderang. Keindahan alam ini bakal menjadi kenangan yang tak mudah dilupakan begitu saja.



Salah satu keistimewaan Teluk Kiluan adalah atraksi lumba-lumba di laut lepas. Pengunjung bisa menikmati tarian lumba-lumba dengan naik perahu ke arah samudera. 

Ada dua jenis lumba-lumba di perairan ini. Spesies yang pertama adalah lumba-lumba hidung botol (tursiops truncatus) dengan badan lebih besar, berwarna abu-abu dan pemalu. Spesies kedua adalah lumba-lumba paruh panjang (stenella longirostris) dengan tubuh lebih kecil dan senang melompat.



Daerah ini juga terkenal dengan keindahan alam dan surga bagi para pemancing handal. Setiap tahun diadakan lomba memancing di Teluk Kiluan yang diikuti oleh master-master pemancing seluruh Indonesia.



Kedua jenis lumba-lumba itu cukup akrab dengan manusia. Lumba-lumba senang mendekati perahu atau kapal yang tengah melintas di laut. Dari jauh, sirip lumba-lumba itu mirip antena kapal selam, setelah mendekat lumba-lumba pun berloncatan, bergantian menyelam, timbul tenggelam, hampir tidak ada jarak dengan perahu. Mereka seolah berlomba menunjukan diri kepada manusia dan mudah disentuh.

Menurut Ketua Yayasan Ekowisata Cikal, Riko Stefanus, atraksi lumba-lumba di Teluk Kiluan merupakan salah satu kekayaan alam dengan nilai jual wisata. Lumba-lumba di Teluk Kiluan tersebar di beberapa lokasi, antara lain di Lengkalit, Teluk Bera, Pulau Legundi, Pulau Rakata, Pulau Tabuan dan Pulau Hiu.