Pasar
Terapung Muara Kuin
Di provinsi Kalimantan Selatan ada ratusan sungai yang menjadi
jalur transportasi penting hingga saat ini. Salah satu objek yang menarik untuk
dikunjungi adalah pasar terapung Muara Kuin di kota Banjarmasin. Pasar
terapung ini berlokasi di Banjarmasin tepatnya di persimpangan sungai Kuin dan
sungai Barito. Pasar terapung di Banjarmasin merupakan refleksi budaya orang
Banjar yang telah berlangsung sejak dahulu.
Pasar Terapung Muara Kuin adalah pasar tradisional yang berada
di muara Sungai Kuin. Di pasar ini, para pedagang dan pembeli melakukan
aktivitas jual beli di atas perahu tradisonal. Perahu tersebut biasa disebut
dengan namajukung.
Adapula jenis kapal bermotor yang ikut meramaikan aktivitas pasar ini, yakni klotok
Pasar ini dimulai setelah shalat Subuh dan akan berakhir ketika
matahari telah beranjak naik atau sekitar jam 09.00 Wita. Apabila lewat dari
jam tersebut, sudah dapat dipastikan bahwa pasar telah sepi. Hal ini
dikarenakan para pedagang telah berpencar menyusuri sungai-sungai kecil, untuk
menjual barang dagangnya kepada penduduk yang rumahnya berada di bantaran
sungai.
Pasar terapung ini sudah ada lebih dari 400 tahun lalu dan
merupakan sebuah bukti aktivitas jual-beli manusia yang hidup di atas air.
Seperti halnya pasar-pasar yang ada di daratan, di pasar terapung ini juga
dilakukan transaksi jual beli barang seperti sayur-mayur, buah-buahan, segala
jenis ikan, dan berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya. Pembelian dari tangan
pertama disebut dukuh, sedangkan tangan
kedua, yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan.
Keistimewaan
Sedikit informasi sejarah, Banjarmasin sebagai ibu kota propinsi
adalah pusat perdagangan dan pariwisata. Kota Banjarmasin mendapat julukan Kota
Air karena letak daratannya beberapa senti meter di bawah permukaan air laut.
Kota Banjarmasin, memiliki luas sekitar 72 km per segi atau sekitar 0,22 persen
luas wilayah Kalimantan Selatan.
Kota ini dibelah oleh sungai Martapura memberikan ciri khas
tersendiri terhadap kehidupan masyarakatnya terutama pemanfaatan sungai sebagai
sarana transportasi air, perdagangan dan pariwisata. Selain pasar terapung di
Muara Kuin Banjarmasin, pasar terapung lainnya yang dapat Anda temui adalah di
Lok Baintan yang berada di atas Sungai Martapura.
Pada tahun 1526 Sultan Suriansyah mendirikan kerajaan di tepi
sungai Kuin dan Barito yang kemudian menjadi cikal bakal kota Banjarmasin. Di
tepian sungai inilah awalnya berlangsung pusat perdagangan tradisional
berkembang. Pedagangnya menggunakan perahu kecil yang terbuat dari kayu. Para
pedagang ini kebanyakan adalah perempuan yang mengenakan pakaian dan caping
lebar khas banjar terbuat dari daun rumbia yang disebut tanggui.
Adapun keistimewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi
barter antar para pedagang, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk. Selain itu tidak dikenakan
biaya administrasi untuk memasukin lokasi ini (namanya juga pasar).
Mengunjungi Pasar Terapung Muara Kuin akan memberikan kenangan
tak terlupakan tentang bagaimana masyarakat yang hidup di atas air memenuhi
kebutuhan hidupnya. Selain itu, Anda juga akan mengetahui pola transaksi
jual-beli yang telah berumur lebih dari 400 tahun. Oleh karenanya, pasar ini
menjadi saksi bisu perjalanan aktivitas ekonomi masyarakat Kalimantan
Selatan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka muncul pameo belum ke
Banjarmasin jika belum mengunjungi floating market Muara
Kuin.
Salah satu keunikan dari pasar terapung adalah desak-desakan
antara perahu besar dan perahu kecil yang mencari pembeli, serta penjual yang
bersliweran kesana kemari dan kapalnya yang dimainkan gelombang sungai Barito.
Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pasar di daratan, sehingga
tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang
berdasarkan barang dagangan.
Suasana berdesak-desakan antara perahu besar di pasar terapung
ini cukup unik dan khas. Para pengemudi jukung dengan mahirnya mengayuh dan
mengejar pembeli atau penjual yang berseliweran kian kemari dan perahu mereka
kerap oleng dimainkan gelombang sungai Barito. Bagi Anda wisatawan yang datang
dari kota-kota besar, akan merasakan sensasi tersendiri ketika mengamati
pedagang wanita dengan topi lebarnya berperahu menjual hasil kebun atau jajanan
pasar hasil olahannya sendiri.
Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada pasar di
daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung,
pembagian pedagang berdasarkan barang dagangan, dan tempat berjualan yang
selalu berpindah-pindah.
Bagi Anda yang hanya ingin bersantai, bisa menikmati secangkir
teh atau kopi, plus makanan/kue khas banjar, sembari menikmati goyangan ombak
yang menerpa klotok yang ditumpangi. Pengunjung juga dapat menyaksikan
rumah-rumah terapung (Rumah Lanting) yang berada di sepanjang pinggiran sungai.
Rute menuju lokasi
Jika berangkat dari pusat Kota Banjarmasin dengan menggunakan
perahu mesin atau yang biasa disebut klotok, diperlukan waktu sekitar 45 menit
untuk menuju pasar yang berada di aliran Sungai Barito tersebut. Jika ingin
lebih cepat sampai, pengunjung dapat menggunakan angkutan darat dengan menempuh
rute kota Banjarmasin – desa Alalak. Dari desa Alalak menuju lokasi pasar
terapung yang jaraknya tidak begitu jauh, pengunjung bisa mencarter klotok
dengan harga Rp 70.000,00 (tergantung bisa tidaknya pencarter menawar harga).
Dengan menyewa klotok, pengunjung tidak hanya bisa menyaksikan aktivitas di floating market, tetapi juga bakal diajak
berwisata ke pulau Kembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar