Desa Adat Suku Baduy
Orang Kanekes atau orang
Baduy adalah
suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten.
Sebutan “Baduy” merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada
kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang
agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan
masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden)
Ada dua kategori masyarakat di Baduy, Baduy
Luar merupakan
orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah baduy dalam. Sedangkan Baduy
Dalam adalah
bagian dari keseluruhan suku Baduy. Tidak seperti baduy luar, warga Baduy Dalam
masih memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka. Pada dasarnya,
peraturan yang ada di baduy luar dan baduy dalam itu hampir sama, tetapi baduy
luar lebih mengenal teknologi dibanding baduy dalam.
Masyarakat Suku Baduy
Orang Baduy tinggal di desa kanekes, kecamatan Lewidamar
berjarak sekitar 75 Km. di selatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten. Desa
Kanekes memiliki 56 kampung Baduy. Orang Baduy Dalam tinggal di Kampung
Cikeusik, Cikartawana, dan Cibeo. Sedangkan orang Baduy Luar tinggal di 53
kampung lainnya.
Cara berpakaian masyarakat baduy dibedakan menjadi danua,
masyarakat baduy luar memakai pakaian berwarna hitam, bahkan sudah banyak yang
menkombinasikan pakaian mereka dengan produk pasar seperti jeans dan T-shirt,
sementara masyarakat di baduy dalam masih teguh pada cara berpakai yang alami,
yaitu menggunakan hasil tenunan sendiri dari pohon randu (ceiba pertandra Sp)
berwarna putih, tanpa tambahan bahan sintetis lainnya.
Wisata Baduy
Baduy adalah sebuah desa budaya yang punya
seabrek keistimewaan, dari mulai karakteristik hidup masyarakatnya yang
bersahaja dan sederhana, kekayaan alam yang beraneka ragam dan terjaga, serta misteri
sejarah yang sampai saat ini masih menjadi fenomena di Indonesia bahkan dunia.
Keindahan Alam Suku Baduy
Untuk dapat berwisata ke Baduy, selain harus mempersiapkan fisik jika ingin
menginap di Kampung Baduy, kita juga harus siap untuk menghormati dan mematuhi
peraturan adat yang berlaku di kawasan ulayat masyarakat Baduy. Paling tidak
mematuhi peraturan yang dibuat Jaro (Kepala Desa) Kanekes.
Jika Anda berkunjung ke baduy, bersiaplah untuk back
to nature. Di baduy,
Anda akan menemuai segudang larangan adat (pikukuh) masyarakat setempat antara lain
larangan membawa tape atau radio, membawa gitar, membawa senapan angin,
menangkap atau membunuh binatang, membuang sampah sembarangan, menebang pohon,
meninggalkan api di hutan, mengonsumsi minuman memabukkan, dan melanggar norma
susila. Dan khusus untuk turis mancanegara, terdapat larangan untuk masuk
ke wilayah Baduy Dalam. Turis mancanegara hanya diizinkan masuk hingga ke
wilayah Baduy Luar.
Adat Baduy yang sangat membatasi sentuhan dengan dunia modern,
terutama pada listrik, dan peralatan elektronik lainnya juga memaksa pengunjung
yang akan menginap harus melengkapi peralatan yang relatif banyak, terutama
membawa senter untuk memudahkan saat ke kamar kecil pada malam hari.
Lumbung padi suku Baduy
Cuaca malam di Baduy sangat dingin. Rasa dingin itu sangat
menusuk tulang karena warga Baduy tidurnya di lantai panggung, bukan di atas
ranjang. Angin tidak hanya dirasakan dari embusan di atas, tetapi juga dari
bawah rumah panggung. yang masuk dari sela dinding bilik bambu.
Apabila Anda menginap di perkampungan Baduy Luar, Anda bisa
menggunakan sabun atau sampo ketika mandi. Tetapi di Baduy Dalam kedua benda
itu pantang dipakai. Obat-obatan pribadi harus dibawa, terlebih karena di dalam
perkampungan Baduy tidak ada puskesmas atau apotek.
Baduy menawarkan wisata alam dan budaya masyarakat setempat yang
dapat memberikan nuansa berbeda dalam perjalanan wisata Anda.